Pages

Minggu, 22 November 2009

Genderang Perang


( Catatan kecil pasca “Ramadhan” )

Ini hari ke 5, dan hujan turun dengan deras hari ini.

aku berangkat dengan diiringi rintik hujan. aku pulang pun hujan masi mengiringi langkah gw.

aku ingin membuat hujan di kamar ku. Tapi ntar banjir. Siapa yang mau ngepelin?


tapi aku ingat cerita
Mega hajatan itu sudah lalu bersama waktu. Mestinya lagi jos-josnya kalo bicara iman di hati masing-masing.

Ternyata….
Memupus kobaran nyala “setan kecil” ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Ingin ku lipat saja.. tapi tanpa kusadari dia telah menyandera seluruh otak dan pikiranku, nalar dan segala macam dogma-dogma moral seperti lesap ditelan bumi. Meng-eliminirnya adalah suatu kemustahilan….
Merenung di tebaran derai tawa penerus-penerusku… kulihat semua begitu alami, menukik di sisi kedunguanku yang terkapar kembali ditelikung “setan-setan kecilku”

Ndomblong…..
Hanya dapat memandang nyala-nyala yang selama Ramadhan hanya redup-kecil itu mulai liar dan berkobar lagi melalap seluruh potensiku… sodokkan dan hentakkannya pada timbunan hasratku sudah mulai membuatnya terbakar dan arang kambang dikipas-kipas… akhirnya membara dalam diamku! Aku tak sempat lagi mencerna etika dan norma yang mestinya masih tersimpan di saku baju gamisku. Ya.. kadang aku merasa asing dengan kondisi yang hangar bingar memenuhi ruang kesadaranku ini. Medan perang terbuka bak tengah digelar di jagat kecilku…. Baik dan buruk sedang berhadapan saling membidikkan senjatanya masing-masing.

Ndableg…
Mimbar di depanku belum lagi ditinggalkan sang pengkhotbah.. suara takbir dan tahmid juga lamat-lamat masih terdengar …. lha koq berani-beraninya dia menyeruak dan mengobrak-abrik diam khusyukku…!! Lagi-lagi aku hanya bisa diam… sementara serambi-serambi nurani sudah dari tadi lintang pukang cerai berai berlarian menjauhi kiblat!
Aah.. rupanya aku belum kenal betul dengan desertir-desertir laten itu.. Aku sering kecolongan langkah, selalu kusadari ketika semuanya terlanjur runyam membelit seluruh hidup dan kehidupanku..

Deleg-deleg….
Bersandar ditiang “soko” rumah-Nya… serasa tuli dan kebas telingaku dari ayat-ayat-Nya. Jika saja ada obatnya, jika ada dokternya …. Jawabnya “obatnya ada dalam dirimu nak.., iman di qolbu-mu harus selalu kau siangi dan siram setiap waktu”
Aku selalu mencoba untuk tidak membuat jawaban itu sesuatu yang klise.. Kuyakini betul begitu, namun ajarkanlah shortcut atau trick agar aku bias menembakkan senjataku secepat Lucky Luke sang koboi, karena genderang perang itu telah ditabuh bertalu-talu.

Hidup adalah kumpulan perang yang mestinya mengharuskan kita membidikkan senjata ke diri kita sendiri, sebelum membidikkan ke orang lain. Karena jihad terbesar ada dalam diri.. ada perang disetiap tarikkan nafas, ada intrik-intrik asusila di setiap detak jantung.

Pulang petang kadang tidak selalu membawa hasil yang gemilang… seperti nelayan yang kuyu-lunglai setelah kepergok badai, seperti petani yang panenannya diterjang hama…. Umur kadang bukan jaminan untuk keberhasilan dan bertahtanya kebijaksanaan seseorang, walaupun kita sadari hidup hanya sekali sedang kematian datangnya tak kita ketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih